mari kita mengambil hikmah dari kisah berikut ini .
INILAH kisahku bagi semua yang ingin mengetahui bagaimana aku kini menjadi gila.
Dahulu kala , sebelum tahun masehi, ada banyak dewa. Aku terjaga dari tidur lelap dan kutemukan semua cadarku telah dicuri orang, tujuh cadar yang kubuat dan kukenakan dalam tujuh kehidupanku di muka bumi. Aku pun berlari dengan wajah terkuak di jalanan yang ramai seraya berteriak ,"Pencuri,pencuri,pencuri terkutuk!"
lelaki-perempuan tertawa melihat tingkahku. Beberapa lainnya lari ketakutan menuju ke rumah masing-masing.
Ketika aku tiba dialun-alun kota, seorang lelaki yang berdiri disalah satu sudut alun-alun itu berteriak," Saudara-saudara, lelaki ini gila!"
Lalu kudongokkan kepala untuk melihat hingga matahari mengecup wajahku yang telanjang untuk pertama kalinya. Dan untuk pertama kalinya kurasakan kecupan matahari pada wajahku yang terkuak hingga diriku bergelora menyambut asmara matahari. Aku tak butuh cadarku lagi . Seolah tanpa sadar aku berkata ," Terpujilah para maling yang mencuri cadar-cadarku itu ."
Begitulah aku menjadi gila,. Namun dengan kegilaanku ini, kutemukan dua hal, kekebasan dan keselamatan sekaligus, kebebasan pribadi dan kemerdekaan membiarkan orang-orang mengetahui keberadaanku. Karena mereka yang mengetahui keberadaan kita sesungguhnya telah memperbudak sebagian yang ada pada diri kita.
Namun aku tak begitu membanggakan keselamatanku. Karena pencuri yang ada dibalik jeruji penjara berada dalam perlindungan kawan-kawannya sesama pencuri.
INILAH kisahku bagi semua yang ingin mengetahui bagaimana aku kini menjadi gila.
Dahulu kala , sebelum tahun masehi, ada banyak dewa. Aku terjaga dari tidur lelap dan kutemukan semua cadarku telah dicuri orang, tujuh cadar yang kubuat dan kukenakan dalam tujuh kehidupanku di muka bumi. Aku pun berlari dengan wajah terkuak di jalanan yang ramai seraya berteriak ,"Pencuri,pencuri,pencuri terkutuk!"
lelaki-perempuan tertawa melihat tingkahku. Beberapa lainnya lari ketakutan menuju ke rumah masing-masing.
Ketika aku tiba dialun-alun kota, seorang lelaki yang berdiri disalah satu sudut alun-alun itu berteriak," Saudara-saudara, lelaki ini gila!"
Lalu kudongokkan kepala untuk melihat hingga matahari mengecup wajahku yang telanjang untuk pertama kalinya. Dan untuk pertama kalinya kurasakan kecupan matahari pada wajahku yang terkuak hingga diriku bergelora menyambut asmara matahari. Aku tak butuh cadarku lagi . Seolah tanpa sadar aku berkata ," Terpujilah para maling yang mencuri cadar-cadarku itu ."
Begitulah aku menjadi gila,. Namun dengan kegilaanku ini, kutemukan dua hal, kekebasan dan keselamatan sekaligus, kebebasan pribadi dan kemerdekaan membiarkan orang-orang mengetahui keberadaanku. Karena mereka yang mengetahui keberadaan kita sesungguhnya telah memperbudak sebagian yang ada pada diri kita.
Namun aku tak begitu membanggakan keselamatanku. Karena pencuri yang ada dibalik jeruji penjara berada dalam perlindungan kawan-kawannya sesama pencuri.
0 comments:
Post a Comment